Kegagalan Itu Sebuah Kewajaran


                   Judul Buku : God, Please Help Me
Penulis        : Ahmad Rifa’i Rif’an
Penerbit      : Mizania, Bandung
Cetakan      : I, Mei 2017
Tebal          : 136 halaman
ISBN          : 978-602-418-148-2

Hidup tidak pernah datar. Hidup pasti diwarnai naik dan turun. Kadang berlimpah suka, kadang duka. Hidup pasti dihiasi pergantian antara kesuksesan dan kegagalan. Mirip-mirip dengan tuts piano, ada hitam ada putih. Tugas kita bukan menyeragamkan seluruh tuts agar putih semua. Tugas kita adalah memainkan tuts-tuts itu agar menghadirkan nada-nada indah yang nyaman untuk didengar (hal. 10).
Begitulah Ahmad Rifa’i Rif’an mengawali tulisannya dalam buku God, Please Help Me. Kalimat-kalimat bijak itu mengantarkan pembaca pada pembahasan buku ini tentang perjalanan hidup manusia yang secara garis besar akan diwarnai dua kemungkinan yang akan terjadi; kenyamanan dan ketaknyamanan, kesuksesan dan kegagalan. Dua kemungkinan ini memiliki potensi yang sama terkait skala baik tidaknya kualitas hidup seseorang, bergantung dari sisi mana ia melihat; positif atau negatif.
Kesuksesan seseorang selalu berkelit-kelindan dengan proses yang melatarbelakangi awal mula usaha yang dilakoninya. Pun, ia akan menggunakan energi positif untuk fokus pada sesuatu yang dituju. Langkah-langkah bijak yang dilakukan orang-orang sukses akan menjadi panduan agar ia tak mudah putus asa. Ia juga memiliki niat dan mental yang kuat menghadapi pelbagai hal, termasuk menyikapi hidup yang tidak menyenangkan.
Sebaliknya, seseorang yang gagal selalu memandang negatif setiap problematika hidup yang dihadapinya. Ia bukan sekadar mengutuk dirinya sendiri karena salah mengambil keputusan. Tak jarang, ia juga menyalahkan orang lain akibat kegagalan dirinya dalam meraih impian. Ia tidak mau introspeksi terhadap segala keputusan yang dilakukan.
KH. Mustofa Bisri—Gus Mus—mengutip perkataan bijak Ibrahim bin Junaid: Kita mesti menggunakan dua buah cermin, satu cermin untuk melihat kekurangan kita, satu lagi utuk melihat kelebihan orang lain. Apa yang disampaikan Gus Mus ini merupakan salah satu cara bagaimana seseorang selalu memposisikan diri pada sisi positif. Ia akan mengevaluasi kekurangan diri dan mengambil ibrah tindakan positif yang dimiliki orang lain. Ini merupakan dua sisi yang akan membangun kekuatan besar sebagai energi meraih sukses.
Cobaan hidup yang diberikan Tuhan akan selalu disesuaikan dengan kadar kemampuan seseorang dalam menghadapi cobaan tersebut. Sebuah analogi logis yang tertera dalam buku ini semakin menyadarkan kita bahwa Tuhan Maha Mengetahui kemampuan kita menghadapi masalah. Pada halaman 109, Ahmad Rifa’i Rif’an menulis judul Mahasiswa Tak Pantas Diuji dengan Soal Anak SD. Menurutnya, jika suatu hari ada dosen yang memberi soal kepada mahasiswanya dengan soal yang diperuntukkan bagi anak SD, kira-kira bagaimana perasaan mahasiswa tersebut?
Barangkali, ini yang disebut sebagai penghinaan kepada intelektual mahasiswa. Mereka dianggap anak kecil yang hanya bisa menyelesaikan soal mudah dan permasalahan yang sangat sederhana. Padahal dari statusnya, mahasiswa adalah sekelompok pelajar yang menduduki posisi lebih tinggi di atas siswa. Maka wajar ketika soal ujian yang diberikan juga merupakan persoalan yang lebih rumit.
Setiap orang memiliki persoalan hidup sendiri-sendiri. Namun, ketika menghadapi setiap permasalah yang ada, manusia tidak boleh terlena dan hanya mencari objek untuk dijadikan sebagai kambing hitam. Ketika ditimpa permasalahan, manusia harus tetap bergerak untuk mengatasinya. Sebab menurut Albert Einstein, hidup ini seperti bersepeda, untuk bisa seimbang, manusia harus terus bergerak. Sekali diam, maka bersiaplah untuk jatuh.
Pada akhir tulisan, Ahmad Rifa’i Rif’an menyelipkan tiga kunci yang harus dimiliki manusia. Pertama, menjaga impian besar agar tidak tergerus oleh peristiwa yang dialami. Kedua, menjaga rasa syukur dalam jiwa agar memiliki ketenangan hidup. Ketiga, menebarkan manfaat sebanyak mungkin bagi orang lain agar Tuhan semakin memercayakan amanah (hal. 126-128).
Sungguh, buku ini sarat makna dan motivasi hidup. Buku ini berisikan sekumpulan tulisan yang menginspirasi tentang perjuangan, kesabaran, pantang menyerah dan putus asa. Dengan ilustrasi yang penuh warna, buku ini semakin menarik untuk dinikmati dan dihayati. Buku ini juga menggiring pembaca untuk memandang kegagalan sebagai suatu hal wajar, lalu bangkit melanjutkan perjuangan. Selamat membaca!

 *Tulisan ini dimuat di Koran Sindo, 10 September 2017


**Suhairi adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bilangan Fu; Semangkuk Bakso dengan Sedikit Kuah

Makna Toleransi ala Imam Syafi’i

Alyssa dan Persoalan Hidup yang Bertubi