Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

SUARA AZAN

Suara azan itu seperti selalu menggema dari load speaker mesjid di kampung ini. Padahal, Suparto, yang biasa mengumandangkan azan sudah meninggal dunia dua minggu yang lalu. Orang-orang setengah percaya setengah tidak. Mana mungkin Suparto kembali melantunkan azan. Juga tak mungkin ada orang lain yang menggantikan posisi Suparto, dengan suara dan alunan yang sama dengan cara azan Suparto. Orang-orang berduyun-duyun mendatangi mesjid. Mereka ingin memastikan, apakah Suparto hidup lagi atau ada orang lain yang menggantikan posisinya sebagai muaddzin . Di halaman mesjid, tak seorang pun yang berani mendekat ke mimbar, atau sekedar mendekat ke pintu mesjid. Jangan-jangan, pelantun azan tersebut roh Suparto yang gentayangan dan sudah menjadi pocong. Setelah hampir satu jam menunggu, ternyata tak seorang pun yang keluar dari mesjid. Orang-orang membubarkan diri sambil menyimpan tanda tanya dalam diri mereka masing-masing. ”Tak mungkin ada orang lain yang melantunkan azan di mesjid

Safety

Selembar sinar pagi melepas kepergian Safety. Sebentar kemudian rumah megah itu pun sepi. Hanya ada seorang pembantu terlihat sibuk membersihkan pekarangan rumah, menjemur cucian, atau pun menyirami bunga-bunga. Setiap jengkal tanah yang menyimpan jejak kaki Safety, selalu meninggalkan kenangan. Baik kenangan pahit maupun kenangan manis.   Kenangan pahit mengukir setiap orang   yang menginginkan Safety jadi pendamping hidupnya, tetapi keinginan itu tak jua tercapai. Kenangan manis akan terwujud ketika seseorang memperoleh cinta seorang perempuan cantik yang biasa disebut bunga desa. Siapa lagi kalau bukan Safety. O, Mas Pujangga to! Okelah,Insyaallah Fe akan dtang jam 9. Sebuah sms masuk ke ponselku. Safety mengenalku melalui karya-karyaku yang dimuat di koran harianku. Kebetulan aku jadi pengasuh rubrik budaya. Ketika tidak ada naskah masuk yang laik muat, seringkali aku memuat tulisanku sendiri. Baik berupa karya fiksi maupun non fiksi. Sejak awal pertemuanku dengan Safet