Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2010

Kain Kafan Pejuang

”Jika kelak aku mati, bungkuslah aku dengan kain kafan warna merah!” Begitulah Martopo berwasiat kepada anak-anaknya, setelah beberapa bulan yang lalu istrinya meninggal dunia. Anak-anak Martopo tak banyak   bertanya. Ketika ajal berada di ambang pintu rumah Martopo, satu di antara anak-anaknya langsung menyiapkan kain kafan warna merah. Dulunya, Martopo adalah lelaki gagah perkasa. Penampilannya selalu rapi. Kedisiplinannya sebagai generasi bangsa, membuatnya terpanggil untuk membebaskan negeri ini dari penjajah. Ia selalu berada di garis paling depan. Sambil memanggul senjata, perjuangannya untuk menumpas kaum penjajah merupakan tekad yang bulat. Tak boleh ditawar. Apalagi ditukar dengan sebuah materi. Ia bukan pengecut yang berlindung dibalik kata ’pejuang negeri’. ”Jika aku berhasil mengusir penjajah dari negeri ini, aku akan mempersunting dirimu,” Kata Martopo kepada Astinah, perempuan asal Klaten Jawa Tengah, yang bekerja di dapur umum. Diam-diam Astinah menaruh hati kepa