Hidup Sehat Setelah Diserang Kanker


              
Judul Buku : Do’s & Don’ts Pasca-Kanker: Panduan 
             Lengkap Pemulihan Kesehatan bagi Penyintas
Penulis        : Cho Belong, dkk.
Penerjemah : Dwita Rizki
Penerbit      : Qanita, Bandung
Cetakan      : I, September 2016
Tebal          : 306 halaman
ISBN          : 978-602-402-038-5

Di negara mana pun, kanker merupakan salah satu penyakit yang paling menakutkan. Namun, penanggulangan dini terhadap penyakit mematikan ini terkadang mampu mengatasi penderitanya terbebas dari maut yang mengancam. Jika tidak, penderita kanker akan terus digerogoti penyakit tersebut setiap saat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan adanya penanggulangan kanker secara dini. Walaupun ada beberapa jenis kanker yang sulit ditanggulangi seperti kanker paru-paru, kanker pankreas, dan kanker indung telur. Namun, penderita kanker tersebut jangan berkecil hati untuk berusaha mengobati kanker yang dimaksud.
 Seorang penderita kanker yang mampu terbebas dari serangan kanker ini terkadang dipenuhi rasa trauma. Bisa jadi, kanker yang menyerang seseorang akan tumbuh lagi pada suatu saat. Bahkan, jenis kanker yang berbeda juga memiliki potensi tumbuh pascapenyembuhan kanker utamanya. Namun, dr. Cho Belong, dkk., dari Pusat Pemulihan Kesehatan Kanker, Rumah Sakit Universitas Seoul, berbagi ilmu kepada pembaca agar tidak diserang kanker kali kedua.
Melalui bukunya, Do’s & Don’ts Pasca-Kanker: Panduan Lengkap Pemulihan Kesehatan bagi Penyintas, dr. Cho Belong, dkk. menyatakan tidak ada jaminan bahwa kita akan sehat seumur hidup setelah menyelesaikan pengobatan kanker atau dinyatakan bebas dari kanker setelah menjalani 5 tahun pascapengobatan dengan selamat. Dalam banyak kasus, terlambat deteksi kekambuhan kanker primer atau munculnya kanker sekunder tetap bisa terjadi. Selain menjaga diri dari bahaya tersebut, menjaga diri dari penyakit kronis pun tak kalah penting (hal. 51).   
   Deteksi adanya kanker primer, munculnya kanker sekunder, atau menjaga diri dari penyakit kronis merupakan upaya bijak yang bisa dilakukan untuk terbeas dari serangan kanker. Seserang yang telah terbebas dari kanker pascapengobatan, tentu memiliki keinginan untuk hidup sehat selamanya, tanpa diserang kanker kali kedua. Namun, tidak semua orang mengetahui hal tersebut. Walaupun pengobatan kanker telah dilakukan dengan biaya yang sangat mahal, seseorang yang tidak mengetahui bagaimana caranya agar tidak terserang kanker untuk kali kedua.
Melalui buku ini, dr. Cho Belong, dkk., menekankan agar penyintas kanker menerapkan gaya hidup sehat setelah terserang kanker. Gaya hidup sehat tidak hanya akan menurunkan risiko penyakit kronis, tetapi juga risiko kematian akibat kanker. Berhenti merokok, berhenti minum alkohol, berolahraga, mengonsumsi gizi seimbang, dan menjaga berat badan ideal merupakan metode pengobatan kanker tersendiri, di sampaing operasi, kemoterapi, dan radioterapi (hal. 167).
 Hal ini memang terasa berat dilakukan. Namun, jika penyintas kanker lebih memilih hidup sehat, maka mau tidak mau, ia harus berusaha mematuhi pola hidup sehat yang terdapat dalam buku ini. Salah satu contoh yang sulit ditinggalkan adalah kebiasaan merokok. Bagi perokok berat, merokok memiliki kenikmatan tersendiri. Padahal, merokok merupakan salah satu penyebab utama kanker.
Menurut data WHO, satu orang meninggal setiap 6,5 detik di seluruh dunia akibat rokok. Kebiasaan merokok merupakan pemicu timbulnya tiga penyakit besar di Korea, yakni kanker, penyakit serebrovaskular, dan penyakit kardiovaskular. Akibat kebiasaan merokok, risiko kanker paru-paru meningkat dua puluh kali lipat, kanker laring sepuluh kali lipat, kanker mulut empat kali lipat. Bahkan, sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok menyebabkan umur perokok pria memendek 13,2 tahun dan wanita 14,5 tahun dibandingkan dengan nonperokok (169).
Buku setebal 306 halaman ini membahas tuntas cara terbebas dari kanker, utamanya bagi penyintas kanker agar hidup sehat sepanjang hayat. Buku ini juga berisi tanya jawab terkait hubungan antara makanan dan pengobatan kanker. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan merupakan hal yang paling sering menimbulkan rasa penasaran dalam benak para penyintas kanker. Selamat membaca!
*Tulisan ini dimuat di Kabar Madura, 18 Januari 2017
**Suhairi Rachmad adalah alumnus Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bilangan Fu; Semangkuk Bakso dengan Sedikit Kuah

Makna Toleransi ala Imam Syafi’i

Alyssa dan Persoalan Hidup yang Bertubi