Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2005

Lezzet

Langit masih meneteskan embun ketika perempuan itu mengusap wajah dengan kedua tangannya selepas berdoa. Ada semacam sinar putih terselip dari kedalaman jiwanya. Bagiku, aura perempuan semacam itu menimbulkan hasrat dan gairah untuk memilikinya. Getaran-getaran magnetis selalu mendorongku memencet tuts HP. Menghubungi. Lalu menanyakan tentang kabarnya hari ini. Selalu saja ia menjawabnya dengan nada datar. Tanpa ada basa-basi. Apalagi harus memperpanjang dialog, atau bahkan sekedar ngobrol lebih jauh lagi. Mungkin saja ia telah memiliki lelaki idaman sesuai keinginannya atau keinginan orang tuanya, pikirku. Bagiku, sekedar menjawab ‘baik’ atau ‘kurang enak badan’ melalui ponselnya ketika kuhubungi sudah merupakan obat rindu. Setidaknya sampai sore hari. Sedangkan malam harinya, pasti rasa rindu itu kembali akan menggenangi setiap sudut hatiku. Aku laksana Umru’ul Qais yang selalu merindukan Laila. Tanpa harus berprasangka buruk, senantiasa kuyakini bahwa rindu semacam itu merupak