Postingan

Menampilkan postingan dari 2005

Pahitnya Secangkir Kopi

Suminah menuangkan air panas ke dalam cangkir   yang sudah berisi bubuk kopi dan gula. Pagi ini ia ingin menyuguhkan secangkir kopi kesukaan suaminya. Hari ini ia tidak boleh gagal dan harus bisa merebut hati suaminya untuk bisa menikmati kopi buatannya, walaupun hanya seteguk atau setetes. Sudah beberapa hari terakhir suaminya tidak mau menikmati secangkir kopi yang ia suguhkan. Suminah sendiri tidak tahu, kenapa. Apakah suguhan kopinya itu kurang manis, kurang nikmat, atau kurang …. Atau memang ada perempuan lain yang telah membuatkan kopi yang lebih manis dan lebih nikmat daripada buatan isterinya sendiri. “Mas, kopi ini nikmaaatt... sekali! Kopi ini akan membuat Mas lebih segar lagi di kantor. Kopi ini tidak akan membuat Mas ngantuk sampai Mas menyelesaikan kerja hari ini.” Suminah merayu suaminya, Paijo, agar ia mau menikmati secangkir kopi yang   ia buat. Paijo tidak memperhatikan rayuan maut Suminah. Paijo sibuk merapikan pakaiannya sambil menyemprotkan parfum pada bagia

Lezzet

Langit masih meneteskan embun ketika perempuan itu mengusap wajah dengan kedua tangannya selepas berdoa. Ada semacam sinar putih terselip dari kedalaman jiwanya. Bagiku, aura perempuan semacam itu menimbulkan hasrat dan gairah untuk memilikinya. Getaran-getaran magnetis selalu mendorongku memencet tuts HP. Menghubungi. Lalu menanyakan tentang kabarnya hari ini. Selalu saja ia menjawabnya dengan nada datar. Tanpa ada basa-basi. Apalagi harus memperpanjang dialog, atau bahkan sekedar ngobrol lebih jauh lagi. Mungkin saja ia telah memiliki lelaki idaman sesuai keinginannya atau keinginan orang tuanya, pikirku. Bagiku, sekedar menjawab ‘baik’ atau ‘kurang enak badan’ melalui ponselnya ketika kuhubungi sudah merupakan obat rindu. Setidaknya sampai sore hari. Sedangkan malam harinya, pasti rasa rindu itu kembali akan menggenangi setiap sudut hatiku. Aku laksana Umru’ul Qais yang selalu merindukan Laila. Tanpa harus berprasangka buruk, senantiasa kuyakini bahwa rindu semacam itu merupak